Cara Mudah Merencanakan dan Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

Cara Mudah Merencanakan dan Melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas)

Ada adagium yang menyatakan bahwa gagal merencanakan sama saja dengan merencanakan kegagalan. Merencanakan suatu kegiatan merupakan aktivitas sehari-hari bagi setiap orang yang hidup secara teratur. Rencana merupakan satu kebutuhan pokok dalam melaksanakan setiap kegiatan. Meskipun membuat rencana merupakan kegiatan rutin, namun adakalanya rencana harus dibuat secara khusus, lebih-lebih jika ada keperluan khusus untuk melakukan suatu kegiatan. Misalnya, kita ingin memecahkan masalah yang kita hadapi dengan cara melakukan penelitian tindakan kelas (PTK). Kita akan membahas cara mudah merencanakan dan melaksanakan PTK (Penelitian Tindakan Kelas).

PTK dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap, yaitu merencanakan, melakukan tindakan, mengamati, dan melakukan refleksi. Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana jika ternyata tindakan yang dilakukan belum berhasil memperbaiki praktik atau belum berhasil memecahkan masalah yang menjadi kerisauan guru. Setelah siklus ini berlangsung beberapa kali, barangkali perbaikan yang diinginkan sudah terjadi. Dalam hal ini siklus PTK dengan tujuan perbaikan yang direncanakan sudah berakhir, namun biasanya akan muncul kembali masalah atau kerisauan baru dari guru. Masalah ini akan kembali dipecahkan dengan mengikuti daur PTK. Jika guru melakukan hal ini, berarti guru sedang mengembangkan kemampuan profesionalnya secara sistematis.


Langkah merencanakan merupakan langkah pertama dalam setiap kegiatan. Tanpa rencana, kegiatan yang kita lakukan tidak akan terarah. Rencana akan menjadi acuan dalam melaksanakan tindakan. Melakukan tindakan sebagai langkah yang kedua merupakan realisasi dari rencana yang kita buat. Tanpa tindakan, rencana hanya merupakan angan-angan yang tidak pernah menjadi kenyataan. Selanjutnya, agar tindakan yang kita lakukan dapat kita ketahui kualitasnya, kita perlu melakukan pengamatan. Berdasarkan pengamatan ini kita akan dapat menentukan apakah ada hal-hal yang harus segera diperbaiki agar tindakan dapat mencapai tujuan yang kita inginkan. Jika Pengamatan dilakukan selama proses tindakan berlangsung, maka refleksi, sebagai langkah keempat, kita lakukan setelah tindakan berakhir. Kita akan mencoba merenungkan kembali apa yang telah kita lakukan dan apa dampaknya bagi proses belajar siswa. Yang lebih penting pula kita akan merenungkan alasan kita melakukan suatu tindakan dikaitkan dengan dampaknya. Dengan cara ini kita akan dapat mengenal kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang kita lakukan.

Ke empat tahap tersebut merupakan satu siklus atau daur, oleh karena itu, setiap tahap akan berulang kembali. Setiap tahap dapat terdiri dari atau dahului oleh beberapa langkah, misalnya langkah merencanakan didahului oleh munculnya masalah yang diidentifikasi oleh guru. Merencanakan dan melakukan tindakan melalui empat langkah utama, yaitu:

  1. Mengidentifikasi masalah
  2. Menganalisis dan merumuskan masalah
  3. Merencanakan PTK
  4. Melaksanakan PTK

Ke empat langkah ini merupakan langkah yang berurutan; artinya langkah pertama harus dikerjakan lebih dahulu sebelum langkah kedua dilaksanakan, demikian seterusnya. Langkah pertama dan kedua merupakan bagian awal dari merencanakan perbaikan, sedangkan langkah yang ketiga merupakan prasyarat untuk langkah yang keempat. 3 langkah pertama dapat dibandingkan dengan 4 langkah dari Mills, yaitu:

  1. Mengidentifikasi satu bidang yang menjadi perhatian kita,
  2. Mengumpulkan data,
  3. Menganalisis dan menginterpretasikan data, serta
  4. Mengembangkan rencana tindakan.

Ke empat langkah ini mulai dengan mengidentifikasi sampai dengan merencanakan, sama dengan langkah 1 sampai dengan langkah 3 di atas. Mari kita bahas langkah tersebut satu persatu.

Mengidentifikasi masalah

Suatu rencana PTK diawali dengan adanya masalah yang dirasakan atau disadari oleh guru. Hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik PTK, yaitu masalah berasal dari orang yang terlibat dalam praktik, dalam hal ini guru sebagai pengelola pembelajaran. Guru merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres di kelasnya, yang jika dibiarkan akan berdampak buruk bagi proses dan hasil belajar siswa. Misalnya, ada sekelompok siswa yang melakukan kesalahan yang sama secara terus-menerus, ada siswa yang suka membolos, atau hasil belajar siswa menurun secara drastis. Anda dapat mencari contoh lain dari pengalaman anda sendiri. Masalah yang dirasakan guru mungkin masih kabur, sehingga guru perlu merenung atau melakukan refleksi agar masalah tersebut menjadi semakin jelas. Hopkins menekankan bahwa pada awalnya guru mungkin bingung untuk mengidentifikasi masalah, oleh karena itu, guru tidak selalu harus mulai dengan masalah. Guru dapat mulai dengan suatu gagasan untuk melakukan perbaikan, kemudian mencoba memfokuskan gagasan tersebut.

Dari uraian diatas barangkali dapat kiya cermati bahwa munculnya masalah memang pertama kali dirasakan oleh guru sebagai sesuatu yang masih kabur, namun guru memang menyadari bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki. Tidak semua guru mampu merasakan adanya masalah, Meskipun tidak mustahil semua guru mempunyai masalah yang berkaitan dengan praktik pembelajaran yang dikelolanya. Bahkan mungkin ada guru yang mendiamkan saja masalahnya, meskipun ia sendiri sadar bahwa ada sesuatu yang tidak beres di kelasnya, yang memerlukan perbaikan segera. Dampak dari sikap seperti ini sangat jelas, yaitu menurunnya kualitas pembelajaran. Agar mampu merasakan dan mengungkapkan adanya masalah, seorang guru itu untuk jujur pada diri sendiri dan melihat pembelajaran yang dikelolanya sebagai bagian penting dari dunianya. Dengan bekal kejujuran dan kesadaran tersebut, untuk mengidentifikasi masalah, guru dapat mengajukan pertanyaan berikut kepada diri sendiri.

  1. Apa yang sedang terjadi di kelas saya?
  2. Masalah apa yang ditimbulkan oleh kejadian itu?
  3. Apa pengaruh masalah tersebut bagi kelas saya?
  4. Apa yang akan terjadi jika masalah tersebut saya biarkan?
  5. Apa yang dapat saya lakukan untuk mengatasi masalah tersebut atau memperbaiki situasi yang ada?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut guru perlu merenung atau melakukan refleksi tentang apa yang terjadi di dalam kelas. Refleksi akan efektif jika guru mempunyai kesadaran yang tinggi akan fungsi pembelajaran dan jujur terhadap diri sendiri. Jika setelah menjawab pertanyaan tersebut guru sampai pada kesimpulan bahwa Ia memang menghadapi masalah dalam bidang tertentu, Berarti ia sudah berhasil mengidentifikasi masalah.

Langkah-langkah tersebut kembali mengingatkan kita akan salah satu karakteristik PTK, yaitu masalah berasal dari guru sendiri sebagai pelaku atau pengelola pembelajaran, yang bukan berasal dari orang luar. Namun adakalanya, guru perlu dibantu untuk mengidentifikasi masalah. Dalam hal ini guru dapat dibantu oleh Kepala Sekolah, pengawas, atau dosen perguruan tinggi kependidikan (LPTK, misalnya UPI Bandung) yang berkolaborasi dengan sekolah. Namun, sekali lagi perlu ditekankan bahwa aktor utama dalam hal ini adalah guru, Mitra kolaborasi. Hubungan antara hubungan antara mitra kolaborasi dengan guru hanyalah sebagai teman sejawat, bukan sebagai atasan atau bawahan. Oleh karena itu, jika dosen LPTK berkolaborasi dengan guru dalam merancang PTK, hendaknya dihindari kiat-kiat yang menggiring para guru untuk memunculkan masalah yang diinginkan oleh dosen.

Jika masalah sudah teridentifikasi, mungkin muncul pertanyaan, masalah mana yang mungkin dipecahkan melalui PTK? Apakah semua masalah kayak dipecahkan melalui PTK? Untuk menjawab pertanyaan ini, rambu-rambu berikut dapat kita jadikan pegangan.

Bidang yang layak dijadikan fokus PTK adalah yang:

  1. Melibatkan kegiatan belajar dan mengajar,
  2. Memungkinkan ditangani oleh guru,
  3. Sangat menarik minat guru, serta
  4. Ingin diperbaiki oleh guru.

Berdasarkan rambu-rambu tersebut, kita dapat menetapkan masalah yang akan kita jadikan fokus PTK.

Menganalisis dan merumuskan masalah

Setelah masalah teridentifikasi, kita perlu melakukan analisis sehingga dapat merumuskan masalah dengan jelas. Tentu saja sebelum menganalisis masalah, kita mengumpulkan data yang terkait dengan masalah tersebut. Tanpa melakukan analisis, mungkin masalah yang kita identifikasi masih kabur. Analisis dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada diri sendiri atau yang disebut refleksi. Bisa juga dengan mengkaji ulang berbagai dokumen seperti pekerjaan siswa, daftar hadir, daftar nilai, atau bahkan bahan pelajaran yang kita siapkan. Semua ini tergantung jenis masalah yang berhasil kita identifikasi pada langkah sebelumnya. Sebagai contoh, jika masalah yang kita identifikasi adalah rendahnya motivasi belajar siswa, barangkali yang perlu kita Analisis adalah dokumen tentang hasil belajar siswa, catatan harian kita tentang respon siswa dalam pembelajaran, dan yang tak kalah pentingnya melakukan refleksi, sehingga kita mendapat gambaran yang jelas tentang perilaku mengajar kita. Untuk memperjelas langkah analisis ini, mari kaji ilustrasi berikut.

Ibu Tuti adalah seorang guru bahasa Indonesia di sebuah SMA. Setiap mengajar, Iya selalu merasa ada sesuatu yang kurang. Perhatian para siswa terhadap bahasa Indonesia tampaknya tidak menggembirakan. Siswa lebih menganggap bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran yang diwajibkan dan hanya merupakan tugas rutin untuk mengikutinya. Ibu Tuti merasa siswa menganggap enteng pelajarannya. Setelah berulang kali merenung, Ibu Tuti menyimpulkan bahwa motivasi para siswa untuk belajar bahasa Indonesia sangat rendah. Ini terbukti dari seringnya siswa absen dalam pelajarannya dan nilai rata-rata kelas untuk bahasa Indonesia hanya 5,4. Ibu Tuti menjadi bingung untuk mengatasi masalah ini.

Jika kita yang menjadi Ibu Tuti, Bagaimana cara kita mengatasi masalah tersebut? Tindakan pertama yang perlu kita lakukan adalah menganalisis masalah yang telah diidentifikasi oleh ibu Tuti, yaitu rendahnya motivasi para siswa untuk belajar bahasa Indonesia. Untuk menganalisis masalah ini, Ibu Tuti perlu melakukan hal-hal berikut.

  1. Menganalisis daftar hadir siswa, kemudian menyimpulkan berapa persen rata-rata kehadiran siswa dalam satu bulan. Disamping itu, perlu pula dianalisis, apakah yang absen hanya siswa tertentu ataukah hampir semua pernah absen, dan apa alasannya.
  2. Menganalisis daftar nilai siswa, kemudian mengaitkan frekuensi ketidak hadiran siswa dengan nilai nya.
  3. Menganalisis tugas-tugas yang diberikan kepada siswa beserta bahan pelajaran yang dipakai, Apakah tugas dan bahan pelajaran tersebut cukup menantang atau membosankan.
  4. Menganalisis balikan (feedback) yang diberikan guru terhadap pekerjaan siswa. Apa apakah berikan tersebut membuat siswa frustrasi atau mendorong siswa untuk memperbaiki pekerjaannya.
  5. Melakukan refleksi terhadap perilaku mengajari Ibu Tuti. Seyogianya Ibu Tuti secara jujur merenungkan kembali kebiasaannya dalam kelas. Apakah ia sering marah-marah, bersikap tidak simpatik, atau sebaliknya.

Dari hasil analisis di atas, Ibu Tuti dapat mempertajam masalah yang dihadapi serta menetapkan masalah mana yang paling mendesak untuk dibenahi. Misalnya, dari hasil analisis tersebut Ibu Tuti menemukan bahwa hanya siswa tertentu (sekitar 20 orang dari 35 siswa) yang sering absen, dan memang ternyata siswa yang sering tidak hadir nilainya rendah. Dari analisis tugas, bahan pelajaran, dan balikan, Ibu Tuti menemukan bahwa tugas yang diberikan yang diambil dari buku paket memang membosankan karena hanya menuntut siswa untuk menghafal, tanpa pernah meminta siswa untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya secara bebas dalam bahasa tulis. Balikan yang diberikan oleh Bu Tuti pada tugas-tugas tersebut, ternyata hanya 2 kata yaitu cukup dan kurang. Dari refleksi yang dilakukan, Ibu Tuti merasa bersikap biasa-biasa saja, hanya dia merasa jarang memberikan penguatan. Iya lebih banyak menegur siswa yang kurang berhasil daripada memuji siswa yang berhasil.

Dari uraian diatas dapat kita simak bahwa begitu banyak masalah yang ditemukan Ibu Tuti yang dianggapnya menyebabkan rendahnya motivasi siswa dalam belajar bahasa Indonesia. Disamping masalah yang sudah dianalisis, Ibu Tuti juga memperkirakan bahwa Ujian Nasional Bahasa Indonesia juga tidak mendorong siswa untuk belajar lebih baik. Namun, Iya kemudian berkesimpulan bahwa ia harus memilih masalah yang dapat diatasi sendiri. Ia kemudian memutuskan bahwa ia akan memfokuskan usahanya pada perbaikan tugas dan bahan ajar yang ia gunakan. Berkaitan dengan hal ini Ibu Tuti dapat merumuskan masalah sebagai berikut.

Tugas dan bahan belajar yang bagaimana yang dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar bahasa Indonesia?

Sebagaimana yang kita simak dalam rumusan masalah di atas, sebuah masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya, yang menggambarkan sesuatu yang ingin dipecahkan atau dicari jawabannya melalui penelitian yaitu PTK. Masalah yang dihadapi guru mungkin sangat luas, oleh karena itu, guru perlu memfokuskan perhatiannya pada masalah yang mungkin dapat ditanggulangi dan yang memang memerlukan prioritas untuk ditangani. Dalam hal ini, kita perlu mengingat kembali rambu-rambu pemilihan masalah yang dapat dijadikan fokus PTK atau yang dapat dipecahkan melalui PTK.

Selanjutnya, masalah perlu dijabarkan atau dirinci secara operasional agar rencana perbaikannya dapat lebih terarah. Misalnya, masalah: tugas dan bahan belajar yang bagaimana yang dapat meningkatkan motivasi siswa dapat dijabarkan sebagai berikut.

  1. Bagaimana frekuensi pemberian tugas yang dapat meningkatkan motivasi siswa?
  2. Bagaimana bentuk dan materi tugas yang memotivasi?
  3. Bagaimana syarat bahan belajar yang menarik?
  4. Bagaimana kaitan materi bahan belajar dengan tugas yang diberikan?

Dengan dirumuskannya masalah secara operasional, kita sudah mulai membuat rencana perbaikan atau Rencana PTK. Mari kita kaji rencana tersebut lebih lanjut.

Merencanakan perbaikan

Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, guru perlu membuat rencana tindakan atau yang sering disebut rencana perbaikan. Langkah-langkah dalam menyusun rencana adalah sebagai berikut.

1. Rumuskan cara perbaikan yang akan ditempuh dalam bentuk hipotesis tindakan.

Hipotesis tindakan adalah dugaan buruh tentang cara yang terbaik untuk mengatasi masalah. Dugaan atau hipotesis ini dibuat berdasarkan kajian berbagai teori, kajian hasil penelitian yang pernah dilakukan dalam masalah yang serupa, diskusi dengan teman sejawat atau dengan pakar, serta refleksi pengalaman sendiri sebagai guru. Berdasarkan hasil kajian tersebut, guru menyusun berbagai alternatif tindakan. Selanjutnya, guru perlu mengkaji setiap alternatif, terutama keterkaitannya dengan tujuan tindakan serta kelayakan pelaksanaannya. Akhirnya, dengan mempertimbangkan hasil kajian, guru memilih alternatif yang dianggap paling layak.

Dari hasil kajian yang dilakukan, Ibu Tuti membuat beberapa alternatif berikut.

  • Tugas akan lebih berhasil dan menantang jika diberikan setiap minggu atau dua minggu sekali.
  • Bentuk tugas yang bervariasi akan memotivasi siswa untuk mengerjakannya.
  • Tugas akan cukup menantang jika materinya diambil dari lingkungan siswa atau diambil dari buku pelajaran yang dimiliki siswa.
  • Bahan belajar bahasa Indonesia akan cukup menarik jika Sesuai dengan perkembangan siswa, disajikan dengan berbagai variasi, menuntut siswa untuk berpikir, serta menyajikan wacana yang temanya akrab dengan lingkungan siswa.
  • Tugas yang diberikan akan menantang jika dikaitkan dengan bahan belajar.

2. Analisis kelayakan hipotesis tindakan

Setelah menetapkan alternatif hipotesis yang terbaik, hipotesis ini masih perlu dikaji kembali kelayakannya dikaitkan dengan kemungkinan pelaksanaannya. Dengan perkataan lain, guru harus bertanya, Mungkinkah rencana tindakan tersebut dilaksanakan. Hal ini terutama dikaitkan dengan hal-hal berikut.

  • Kemampuan dan komitmen guru sebagai aktor pelaksana karena pelaksanaan PTK memang harus tumbuh dari keinginan guru sendiri. Guru harus bertanya pada diri sendiri apakah iya cukup mampu melaksanakan rencana perbaikan tersebut dan apakah dia cukup tangguh untuk menyelesaikannya.
  • Kemampuan dan kondisi fisik siswa dalam mengikuti tindakan tersebut. Misalnya jika diputuskan untuk memberi tugas setiap minggu, apakah siswa cukup mampu menyelesaikannya. Apakah malah membuat siswa menjadi bosan.
  • Ketersediaan sarana yang diperlukan. Apakah sarana yang diperlukan dalam perbaikan dapat diadakan oleh siswa, sekolah, ataukah oleh guru sendiri?
  • Iklim belajar dan iklim kerja di sekolah. Iklim belajar berkaitan dengan berbagai kebiasaan guru, siswa, dan personil lain dalam menyikapi kegiatan belajar atau kegiatan akademik. Sedangkan iklim kerja berkaitan dengan kebiasaan personil sekolah dalam menyikapi tugas-tugasnya. Dalam hal ini, guru perlu mempertimbangkan apakah alternatif yang dipilihnya akan mendapat dukungan dari kepala sekolah dan personil lain di sekolah.

Selain faktor-faktor di atas, guru juga harus menganalisis sekali lagi hasil yang diperkirakan akan diperoleh dari tindakan tersebut. Dengan melakukan berbagai kajian tersebut diharapkan hipotesis tindakan yang dipilih memang benar-benar merupakan hipotesis yang paling layak.

Melaksanakan PTK

Setelah meyakini bahwa hipotesis tindakan atau Rencana perbaikan sudah cukup layak, kini guru perlu mempersiapkan diri untuk pelaksanaan perbaikan atau pelaksanaan PTK. Langkah ini kita sebut sebagai persiapan pelaksanaan, yang sebenarnya dapat merupakan bagian dari perencanaan, tetapi dapat pula kita tempatkan sebagai bagian awal dari pelaksanaan. Setelah persiapan ini mantap, barulah kita mulai dengan pelaksanaannya di kelas. Mari kita kaji kedua tahap ini dengan cermat.

1. Menyiapkan pelaksanaan

Ada beberapa langkah yang perlu kita siapkan sebelum merealisasikan rencana tindakan kita.

  • Membuat rencana pembelajaran beserta skenario tindakan yang akan dilaksanakan. Skenario mencakup langkah-langkah yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam kegiatan tindakan atau perbaikan. Terkait dengan rencana pembelajaran, guru tentu perlu menyiapkan berbagai bahan seperti tugas dan bahan belajar yang dibuat sesuai dengan hipotesis yang dipilih, alat peraga, atau buku-buku yang relevan.
  • Menyiapkan fasilitas atau sarana pendukung yang diperlukan, misalnya gambar-gambar, meja tempat mengumpulkan tugas, atau sarana lain yang terkait.
  • Menyiapkan cara merekam dan menganalisis data yang berkaitan dengan proses dan hasil perbaikan. Dalam hal ini, guru harus menetapkan apa yang harus direkam, bagaimana cara merekamnya, dan kemudian bagaimana cara menganalisisnya. Agar dapat melakukan hal ini, guru harus menetapkan indikator keberhasilan. Misalnya, sikap siswa ketika diberi tugas, persentase siswa yang mengumpulkan tugas tepat waktu, kualitas penyelesaian tugas siswa, persentase kehadiran siswa, serta nilai siswa dalam tes formatif. Jika indikator ini sudah ditetapkan, guru dapat menentukan cara merekam dan menganalisis data.
  • Jika perlu, untuk memantapkan keyakinan diri, guru perlu mensimulasikan pelaksanaan tindakan. Dalam hal ini, guru dapat bekerjasama dengan teman sejawat atau berkolaborasi dengan dosen.

2. Melaksanakan tindakan

Setelah persiapan selesai, Kini Tiba Saatnya guru melaksanakan tindakan dalam kelas yang sebenarnya. Agar pelaksanaan ini dapat berlangsung secara terarah, guru perlu memperhatikan beberapa prinsip.

  • Pekerjaan utama guru adalah mengajar. Oleh karena itu, metodologi penelitian yang sedang dilaksanakan tidak boleh mengganggu komitmen guru dalam mengajar. Ini berarti, guru tidak boleh mengorbankan siswa demi penelitian yang sedang dilaksanakannya. Dengan perkataan lain, guru harus selalu mengutamakan siswa karena tujuannya memang untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa. Tambahan tugas guru sebagai peneliti harus disikapi sebagai nuansa profesional yang semestinya memberi nilai tambah bagi guru dan bagi pembelajaran yang dikelolanya, bukan sebaliknya mengorbankan siswa.
  • Cara pengumpulan atau perekaman data jangan sampai terlalu menyita waktu guru, sehingga guru sampai kehabisan napas. Esensi pelaksanaan PTK memang harus disertai dengan observasi dan interpretasi, dan pengumpul data yang paling baik adalah guru. Namun, Jika kegiatan ini menyita waktu guru terlampau banyak, konsentrasi guru dalam mengajar akan terganggu. Untuk mengatasi masalah ini, guru dapat memanfaatkan alat perekam seperti tape recorder atau meminta bantuan teman sejawat.
  • Metodologi yang diterapkan haruslah reliabel atau handal, sehingga memungkinkan guru mengembangkan strategi pembelajaran yang sesuai dengan situasi kelasnya. Dalam kaitan ini perlu diingat bahwa PTK berorientasi praktis dan merupakan penelitian skala kecil untuk memperbaiki praktik individu.
  • Masalah yang ditangani guru haruslah sesuai dengan kemampuan dan komitmen guru sebagaimana yang sudah pernah diulas sebelumnya.
  • Sebagai peneliti, guru harus memperhatikan berbagai aturan atau etika yang terkait dengan tugas-tugasnya. Misalnya menyampaikan kepada kepala sekolah tentang rencana tindakan yang akan dilakukan, atau menginformasikan kepada orang tua siswa jika selama pelaksanaan PTK, siswa diwajibkan melakukan sesuatu diluar kebiasaan rutin.
  • Akhirnya, seperti yang sudah pernah di singgung, PTK harus mendapat dukungan dari seluruh personil sekolah. Semua personel sekolah harus punya persepsi yang benar tentang PTK dan apa yang ingin dicapai melalui PTK.

Disamping kriteria diatas, perlu kita perhatikan bahwa dalam pelaksanaan PTK, observasi dan interpretasi terhadap proses dan hasil tindakan berlangsung secara bersamaan. Ini berarti bahwa guru sebagai aktor PTK harus mampu melakukan observasi dan interpretasi secara cepat, sehingga penyesuaian-penyesuaian dapat dilakukan jika perlu. Ini sesuai dengan kriteria pertama yang menuntut guru memegang komitmennya sebagai pengajar, tanpa terganggu oleh metodologi penelitian yang sedang diterapkan.

Diolah dari berbagai sumber diantaranya modul penelitian tindakan kelas yang diterbitkan oleh Universitas Terbuka.

Sumber gambar: open university

Manfaat, Keterbatasan, dan Persyaratan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Manfaat, Keterbatasan, dan Persyaratan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Manfaat penelitian tindakan kelas

Penelitian tindakan kelas (PTK) mempunyai manfaat yang cukup besar baik bagi Guru, Pembelajaran, maupun bagi sekolah. Mari kita kaji manfaat penelitian tindakan kelas.

Manfaat PTK bagi guru

  1. PTK dapat dimanfaatkan oleh guru untuk memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya karena memang sasaran akhir PTK adalah perbaikan pembelajaran. Perbaikan ini akan menimbulkan rasa puas bagi guru karena ia sudah melakukan sesuatu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang dikelolanya. Disamping itu, hasil PTK yang diperolehnya dapat disebarkan kepada teman sejawat, sehingga mereka barangkali tergerak untuk mencoba Kan Hasil tersebut Atau paling tidak mencoba melakukan perbaikan bagi pembelajaran di kelasnya.
  2. Guru dapat berkembang secara profesional karena dapat menunjukkan bahwa ia mampu menilai dan memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya melalui penelitian tindakan kelas. Dengan maksud lain, guru mampu menunjukkan otonominya sebagai pekerja profesional. Sebagaimana diketahui, sebagai pekerja profesional, guru dituntut untuk mampu mengembangkan diri dari pemula sampai ke ahli atau dari entry ke mentor sampai Master teacher. Gaun profesionalisme dalam mengajar semakin santer mulai tahun 1992. Salah satu tema yang didengungkan dalam profesionalisme mengajar adalah perubahan dari individualisme ke kolaborasi serta dari supervisi ke mentoring, yang membawa dampak adanya perubahan relasi atasan bawahan menjadi relasi kolegial, dan dari hubungan hierarki menjadi hubungan dalam tim.


  3. PTK membuat guru menjadi lebih percaya diri. Jika PTK mampu membuatku berkembang sebagai pekerja profesional, maka sebagai konsekuensinya, PTK juga mampu membuat guru lebih percaya diri. Guru yang mampu melakukan analisis terhadap kinerja nya sendiri di dalam kelas sehingga menemukan kekuatan dan kelemahan dan kemudian mengembangkan alternatif untuk mengatasi kelemahannya jelas merupakan guru yang penuh percaya diri. Guru yang mampu melakukan PTK apalagi pernah mempublikasikan hasil PTK nya pasti Merasa punya sesuatu untuk dibanggakan. Ia mampu berperan sebagai guru dan juga berperan sebagai peneliti di kelasnya sendiri.
  4. Guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan nya sendiri melalui PTK. Guru tidak hanya menerima hasil perbaikan yang ditemukan orang lain, namun ia sendiri merupakan perancang dan pelaku perbaikan tersebut secara langsung. Hasil yang ditemukan sendiri akan merupakan dorongan yang kuat bagi guru untuk terus-menerus melakukan perbaikan. Inilah yang disebut sebagai theorizing by practitioners, yaitu membangun sendiri pengetahuan dan menghasilkan dan menghasilkan teori yang dihasilkan sendiri.

Manfaat PTK Bagi Siswa

Kemampuan guru melakukan PTK akan berdampak positif bagi hasil belajar siswa. Tentu saja ini akan terjadi jika guru mampu dan mau melakukannya. Tanpa kedua faktor tersebut, kemampuan melakukan PTK tidak akan berarti apa-apa.

Disamping meningkatkan hasil belajar siswa, PTK yang dilaksanakan guru juga dapat menjadi model bagi siswa. Guru yang terampil melaksanakan PTK akan selalu kritis terhadap hasil belajar siswa, sehingga siswa merasa mendapat perhatian khusus dari guru. Sikap kritis ini dapat menjadi model bagi siswa untuk selalu menyikapi kinerja nya dengan melakukan analisis seperti yang dilakukan oleh gurunya. Meskipun siswa tidak paham dan mungkin tidak tahu bahwa guru sedang melakukan PTK di samping mengajar, tetapi perilaku guru yang juga berperan sebagai peneliti dapat menjadi model yang bagus bagi para siswa, sehingga diharapkan para siswa juga dapat berperan sebagai peneliti bagi hasil belajarnya sendiri.

Manfaat PTK bagi sekolah

Sekolah yang pada gurunya terampil melaksanakan PTK tentu akan memetik manfaat. Sekolah tidak akan berkembang atau hanya sedikit sekali berkembang tanpa berkembangnya kemampuan guru, Demikian pula sebaliknya guru tidak akan berkembang tanpa berkembangnya sekolah.

Sekolah yang para gurunya sudah mampu membuat perbaikan mempunyai kesempatan yang besar untuk berkembang pesat. Berbagai perbaikan akan dapat diwujudkan seperti penanggulangan berbagai masalah belajar siswa, perbaikan kesalahan konsep, serta penanggulangan berbagai kesulitan mengajar yang dialami oleh guru. Disamping itu, pendekatan penelitian tindakan yang dilakukan di dalam kelas dapat dilaksanakan dalam pengelolaan kegiatan sekolah secara keseluruhan. Hubungan kolegial yang sehat yang tumbuh dari rasa saling membutuhkan akan menumbuhkan iklim kerjasama yang kondusif untuk memajukan sekolah. Dengan terbiasanya para guru melakukan PTK, berbagai strategi pembelajaran dapat dihasilkan dari sekolah ini untuk disebarluaskan kepada sekolah lain. Dengan demikian, sekolah mempunyai kesempatan yang besar untuk berubah secara menyeluruh. Dalam konteks ini, PTK memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah, yang tercermin dari peningkatan kemampuan profesional para guru, perbaikan proses dan hasil belajar siswa, serta kondusifnya iklim pendidikan di sekolah tersebut.

Keterbatasan penelitian tindakan kelas

Dari berbagai karakteristik PTK, maka akan muncul berbagai isu atau topik yang perlu mendapat perhatian khusus dalam penelitian tindakan kelas. Salah satu dari isu tersebut adalah keterbatasan PTK. Keterbatasan ini dapat kita Tandai sejak awal ketika mulai mengkaji karakteristik PTK dan kemudian membandingkannya dengan penelitian formal. Paling tidak, ada 2 keterbatasan yang perlu kita bahas, yaitu masalah validitas dan generalisasi.

  1. Validitas PTK. Validitas atau keshohihan PTK sebagai penelitian ilmiah masih sering dipertanyakan. Metodologi yang agak longgar yang lebih bersifat informal meskipun dijaga ke objective and nya masih menimbulkan keraguan. Apakah kaidah-kaidah penelitian ilmiah dapat dijaga selama pengumpulan data? Apakah tidak ada manipulasi yang dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa karena perintah guru? Tetapi, jika kita mau jujur, guru tentu tidak mungkin melakukan manipulasi karena tidak ada pamrih apa-apa. Guru hanya ingin melakukan sesuatu untuk memperbaiki hasil belajar siswa. Namun demikian, para peneliti masih sering mempertanyakan kesahihan Penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas nya sendiri.
  2. Generalisasi. Sejalan dengan masalah validitas, hasil PTK tidak dapat digeneralisasikan karena memang Hasil tersebut hanya terkait dengan siswa dalam kelas tertentu. Kita tidak dapat menyimpulkan bahwa satu teknik efektif untuk meningkatkan motivasi siswa karena sampel penelitian hanya satu kelas, yang merupakan kasus khusus. Artinya, bisa jadi suatu teknik atau strategi berjalan dengan efektif di kelas kita, namun belum tentu berjalan dengan baik di kelas yang diampu oleh guru yang lain. Karena situasi dan kondisinya memang berbeda. PTK memang merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri untuk memperbaiki aspek pembelajaran tertentu yang terjadi di kelas tersebut. Meskipun demikian, hasil penelitian tersebut tentu dapat saja dicobakan oleh guru lain dengan mempertimbangkan berbagai modifikasi sesuai dengan situasi dan kondisi di kelasnya.

Kondisi yang dipersyaratkan dalam PTK

Agar PTK dapat dilangsungkan secara baik, berbagai kondisi harus dipenuhi. Kondisi tersebut antara lain sebagai berikut.

  1. Sekolah harus memberikan kebebasan yang memadai bagi guru untuk melakukan PTK, berkolaborasi dengan teman guru lainnya, dapat secara bebas meminta teman untuk menjadi pengamat bagi kelasnya, dan bebas berdiskusi tentang kemajuan kelasnya, di samping dapat menumbuhkan rasa saling mempercayai. Namun, kenyataan menunjukkan bahwa birokrasi dan formalitas yang ada di sekolah tidak menunjang terjadinya itu semua seperti yang diungkapkan oleh Shumsky dan Holly. Kondisi ini tidak menunjang pelembagaan PTK di sekolah, sehingga PTK Hanya dianggap eksperimen sesaat saja.
  2. Sejalan dengan pemikiran pada nomor satu, birokrasi dan hierarki organisasi di sekolah hendaknya diminimalkan. Sebaliknya yang harus ditumbuhkan adalah kolaborasi atau kerjasama yang saling menguntungkan, serta pengambilan keputusan secara bersama.
  3. Sekolah semestinya selalu mempertanyakan apa yang diinginkan bagi sekolahnya. Jika keinginan tersebut memang merupakan komitmen sekolah, maka PTK sebagai satu bentuk inovasi di sekolah akan dapat tumbuh subur, dan kegiatan PTK mungkin akan menjadi kegiatan rutin bagi guru.
  4. PTK mempersyaratkan keterbukaan dari semua staf sekolah untuk membahas masalah yang dihadapi Tanpa Rasa khawatir akan dicemoohkan. Diskusi dengan teman sejawat tentang masalah yang dihadapi dan kemudian setiap staf menganggap Masalah yang dibahas merupakan masalah bersama, merupakan kondisi yang dipersyaratkan untuk berkembangnya PTK di sekolah.
  5. Sikap kepala sekolah dan staf administrasi harus menunjang terjadinya pembaruan. Sikap negatif yang ditunjukkan meskipun hanya selintas akan merusak iklim inovasi yang sedang tumbuh.
  6. Guru dan siswa harus mempunyai rasa percaya diri yang tinggi bahwa mereka sedang melakukan suatu pembaharuan yang didukung oleh kepala sekolah dan juga orang tua.
  7. Guru harus siap menghadapi berbagai konflik karena yang baru biasanya mendapat perhatian lebih daripada yang lama yang sudah diakrabi setiap hari. Hal ini perlu untuk menghindari munculnya kecemburuan sosial.

Demikianlah artikel mengenai manfaat, keterbatasan, dan persyaratan penelitian tindakan kelas (PTK). Artikel mengenai PTK ini adalah artikel yang berseri, yang akan penulis sajikan secara berkala. Menantikan kehadiran artikel mengenai PTK ini di waktu-waktu yang akan datang secara berseri. Terima kasih.

 

*Diolah dari berbagai sumber, diantaranya modul Penelitian Tindakan Kelas yang diterbitkan oleh Universitas Terbuka.

Sumber Gambar: Pixabay

Inilah Format Proposal Penelitian Tindakan Kelas | Sistematika Proposal PTK

Inilah Format Proposal Penelitian Tindakan Kelas | Sistematika Proposal PTK

Dalam dunia pendidikan, proposal adalah suatu dokumen yang berisi tentang rencana kegiatan pendidikan yang dirancang oleh para pengusulnya dalam hal ini guru. Dokumen tersebut memaparkan secara jelas apa yang akan dikerjakan, mengapa hal tersebut dikerjakan, Siapa yang terlibat dalam kegiatan itu, dan lain-lain. Adapun proposal PTK hakikatnya juga tidak jauh berbeda dari proposal dalam bidang penelitian lainnya. Berikut ini akan saya sajikan sistematika proposal PTK atau format proposal penelitian tindakan kelas dalam dua versi.

Format proposal PTK yang pertama

Versi yang pertama adalah menurut tutor mata kuliah penelitian tindakan kelas Universitas Terbuka yang saya ikuti kuliahnya. Beliau memaparkan format proposal PTK sebagai berikut:


JUDUL

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

2. Identifikasi Masalah

3. Analisis Masalah

4. Rumusan Masalah

5. Tujuan Penelitian

6. Manfaat Penelitian

B. KAJIAN PUSTAKA

1. Penelitian Tindakan Kelas

a. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas

b. Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas

2. ………….

3. ………….

dst

(Poin 2, 3, dst sesuaikan dengan judul)

C. METODOLOGI PENELITIAN

1. Subjek Penelitian

2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

3. Deskripsi Per Siklus

a. Siklus I

b. Siklus II

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

  1. RPP
  2. Instrumen Pengumpul Data

Format proposal PTK yang kedua

Format proposal PTK yang kedua ini diambil dari format yang dikeluarkan oleh Ditjen Dikti pada tahun 2004 untuk tahun anggaran 2005. Format ini diperuntukkan bagi para dosen lptk yang ingin ikut berlomba untuk mendapatkan dana. Dalam pelaksanaannya produsen tersebut wajib berkolaborasi dengan guru. Dana penelitian PTK ini berlangsung setiap tahun, tetapi saya belum tahu apakah di tahun 2017 ini masih ada atau tidak. Berikut ini format proposal PTK menurut Dirjen Dikti:

A. JUDUL PENELITIAN

B. BIDANG KAJIAN

C. PENDAHULUAN

D. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH

E. TUJUAN PENELITIAN

F. MANFAAT HASIL PENELITIAN

G. KAJIAN PUSTAKA

H. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN

I. JADWAL PENELITIAN

J. BIAYA PENELITIAN

K. PERSONALIA PENELITIAN

L. DAFTAR PUSTAKA

M. LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Instrumen Penelitian

2. Curriculum Vitae semua peneliti

Demikianlah format atau sistematika proposal penelitian tindakan kelas atau proposal PTK. Saya menyajikan 2 versi atau dua bentuk proposal PTK dengan tujuan agar agar anda dapat memilih mana format proposal yang sesuai dengan kebutuhan anda. Semoga bermanfaat.

Sumber Gambar: Pixabay

Pengertian dan Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Pengertian dan Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Pengertian PTK

Di perguruan tinggi, biasanya tugas akhir untuk mahasiswa adalah melakukan penelitian. Para mahasiswa dituntut untuk mengembangkan wawasan nya dengan cara melakukan pencaharian atau eksplorasi untuk menemukan jawaban dari masalah yang menjadi bidang kajiannya. Dalam melakukan penelitian tentu memiliki seperangkat aturan dan langkah yang harus diikuti. Aturan dan langkah yang harus diikuti Inilah yang disebut metode penelitian. Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan satu penelitian pula, yang dengan sendirinya mempunyai berbagai aturan dan langkah yang harus diikuti.

Sebelum kita memahami pengertian penelitian tindakan kelas, Sekarang kita ke pengertian penelitian tindakan. Penelitian tindakan merupakan penelitian dalam bidang sosial yang menggunakan refleksi diri sebagai metode utama, dilakukan oleh orang yang terlibat di dalamnya, serta bertujuan untuk melakukan perbaikan dalam berbagai aspek.


Nah sekarang kita ke pengertian penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas adalah Penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelas nya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja nya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.

Karakteristik penelitian tindakan kelas PTK

Paling tidak ada empat karakteristik PTK yang menonjol.

  1. Kepedulian guru terhadap kualitas pembelajaran yang dikelolanya merupakan awal dari munculnya masalah yang perlu dicari jawabannya. Hal ini berbeda dengan penelitian biasa, yang secara umum adanya masalah ditandai oleh peneliti yang biasanya berasal dari luar lingkungan yang mempunyai masalah tersebut. Jadi, adanya masalah dalam PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan.
  2. Penelitian melalui refleksi diri, merupakan ciri PTK yang paling esensial. Berbeda dengan penelitian biasa yang mengumpulkan data dari tempat lain sebagai responden, maka PTK mengharuskan guru mengumpulkan data dari Tri pembelajaran yang dilakukan oleh guru tersebut di dalam kelas.
  3. PTK dilakukan di dalam kelas bukan di tempat lain.
  4. Tujuan dari PTK adalah memperbaiki pembelajaran.

Perbedaan penelitian tindakan kelas dengan penelitian kelas

Untuk memperjelas posisi PTK, Mari kita simak perbedaan antara PTK dengan penelitian biasa atau biasa disebut penelitian formal.

  1. Motivasi dari PTK adalah tindakan sedangkan motivasi dari penelitian formal adalah kebenaran.
  2. Sumber masalah dalam PTK muncul dari diagnosis 100 sedangkan sumber masalah dalam penelitian formal muncul dari induktif deduktif.
  3. Tujuan dari PTK adalah untuk memperbaiki praktek pembelajaran sekarang dan di dalam kelas, sedangkan tujuan dari penelitian formal adalah untuk verifikasi dan menemukan pengetahuan yang dapat digeneralisasikan.
  4. Peneliti yang terlibat dalam PTK adalah guru itu sendiri, sedangkan penelitian terlibat dalam penelitian formal adalah orang luar yang berminat.
  5. Sampel dalam PTK adalah seluruh siswa dalam suatu kelas, sedangkan sampel pada penelitian formal adalah sampel yang representatif.
  6. Metodologi pada PTK adalah longgar tetapi berusaha untuk tetap objektif, jujur dan tidak memihak. Sedangkan metodologi pada penelitian formal adalah baku dengan objektivitas dan dan ketidakberpihakan yang terintegrasi.
  7. Penafsiran hasil penelitian pada PTK adalah untuk memahami praktik melalui refleksi oleh praktisi yang membangun. Sedangkan penafsiran hasil penelitian pada penelitian formal adalah dengan cara mendeskripsikan, mengabstraksi, serta menyimpulkan dan membentuk teori oleh ilmuwan.
  8. Hasil akhir pada PTK adalah Siswa belajar lebih baik. Sedangkan hasil akhir pada penelitian formal adalah pengetahuan, prosedur, atau materi yang teruji

Mengapa PTK perlu dilakukan oleh guru

Guru yang profesional adalah guru yang selalu memperbaiki kinerja nya dari waktu ke waktu. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh guru dipandang sebagai satu unjuk kerja seorang guru yang profesional karena studi sistematik yang dilakukan terhadap diri sendiri dianggap sebagai tanda dari pekerjaan guru yang profesional.

Faktor lain yang juga ikut memperkuat alasan perlunya guru melakukan PTK adalah keterlibatan guru dalam berbagai kegiatan pengembangan di sekolahnya dan mungkin di tingkat yang lebih luas, sehingga ia belum mampu melakukan review terhadap kinerja nya sendiri, untuk selanjutnya dapat dipakai sebagai masukan dalam review kinerja sekolah.

Diolah dari berbagai sumber, diantaranya modul penelitian tindakan kelas yang diterbitkan oleh Universitas Terbuka.

Sumber gambar: Pixabay