Model Pembelajaran Discovery Learning, Motivasi Siswa, Layanan Anak Berbakat, Profil Kompetensi Guru, Standar Kompetensi Lulusan, Mata Kuliah Perspektif Pendidikan di SD

Model Pembelajaran Discovery Learning, Motivasi Siswa, Layanan Anak Berbakat, Profil Kompetensi Guru, Standar Kompetensi Lulusan, Mata Kuliah Perspektif Pendidikan di SD

Soal:
1. Jelaskan teori mengenai model pembelajaran menemukan atau discovery learning!
2. Jelaskan teori tentang motivasi belajar siswa dan contoh-contohnya!
3. Jelaskan berbagai layanan untuk anak yang berbakat!
4. Jelaskan teori tentang profil kompetensi guru!
5. Tuliskan standar kompetensi lulusan dan karakteristik mata pelajaran. kemudian tuliskan teori tentang pengembangan kurikulum dan bandingkan struktur kurikulum antara KTSP dengan kurikulum 2013. Juga Tuliskan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum!

Jawaban:
1. Metode pembelajaran menemukan atau discovery learning adalah metode mengajar yang mengatur pengajaran sedemikian rupa sehingga anak memperoleh pengetahuan yang sebelumnya belum diketahuinya itu tidak melalui pemberitahuan, sebagian atau seluruhnya ditemukan sendiri. Dalam pembelajaran discovery(penemuan) kegiatan atau pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui proses mentalnya sendiri. Dalam menemukan konsep, siswa melakukan pengamatan, menggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan, menarik kesimpulan dan sebagainya untuk menemukan beberapa konsep atau prinsip.
Metode discovery diartikan sebagai prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorang, memanipulasi objek sebelum sampai pada generalisasi. Sedangkan Bruner menyatakan bahwa anak harus berperan aktif didalam belajar. Lebih lanjut dinyatakan, aktivitas itu perlu dilaksanakan melalui suatu cara yang disebut discovery. Discovery yang dilaksanakan siswa dalam proses belajarnya, diarahkan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip.
Discovery ialah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan suatu konsep atau prinsip. Proses mental yang dimaksud antara lain: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan intruksi. Dengan demikian pembelajaran discovery ialah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan berdiskusi, membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar anak dapat belajar sendiri.
Metode pembelajaran discovery merupakan suatu metode pengajaran yang menitikberatkan pada aktifitas siswa dalam belajar. Dalam proses pembelajaran dengan metode ini, guru hanya bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator yang mengarahkan siswa untuk menemukan konsep, dalil, prosedur, algoritma dan semacamnya.
Tiga ciri utama belajar menemukan yaitu: (1) mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan, menggabungkan dan menggeneralisasi pengetahuan; (2) berpusat pada siswa; (3) kegiatan untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah ada.
Salah satu ahli yang mengemukakan tentang belajar menemukan ini adalah Jerome S. Bruner. Bruner menyatakan bahwa inti belajar adalah bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasikan informasi secara aktif. Menurut Bruner selama kegiatan belajar berlangsung tidaknya siswa dibiarkan untuk menemukan sendiri makna segala sesuatu yang dipelajari (discovery learning). Dalam hal ini siswa diberi kesempatan seluas-luasnya untuk berperan dalam memecahkan masalah. Dengan cara tersebut diharapkan mereka mampu memahami konsep-konsep dalam bahasa mereka sendiri. Discovery Learning menekankan kepada apa yang disebut Bruner dengan cara hipotesis dalam pembelajaran yang menantang metode yang bersifat mendidik lainnya. Dengan kata lain metode discovery learning mendorong siswa untuk bertanya dan merumuskan jawaban sementara mereka serta menarik kesimpulan terhadap prinsip umum dari contoh praktik atau pengalaman yang dilakukannya.
Bagus Takwin dalam tulisannya “belajar menemukan kesalahan” mengatakan bahwa anak dapat diajarkan untuk menemukan kesalahan-kesalahan dari kejadian sehari-hari dengan menggunakan gambar. Contoh: anak ditunjukkan benda tertentu yang kurang lengkap lalu mereka diminta untuk menemukan 5 kesalahan dari gambar tersebut. Contoh lainnya adalah ditunjukkan gambar orang yang sedang membuang sampah, kemudian ajukan pertanyaan tentang apa yang salah dengan orang dalam gambar itu, mengapa hal tersebut salah dan bagaimana seharusnya. Untuk stimulus yang lebih kompleks dapat digunakan rangkaian gambar yang memuat beberapa kesalahan, lalu anak diminta menemukan kesalahan dalam rangkaian gambar tersebut. Contoh: tunjukkan serangkaian gambar yang memuat dua atau lebih anak yang sedang berkelahi, lalu ajukan pertanyaan kepada mereka apa yang salah dari perilaku anak-anak dalam rangkaian gambar itu, atau dapat juga menggunakan rangkaian gambar kecelakaan, misalnya gambar orang yang mengalami kecelakaan tabrakan sepeda. Jawaban-jawaban anak dapat menjadi bahan diskusi yang dapat merangsang anak untuk berpikir kritis.
Selain kegiatan diatas, guru juga dapat menerapkan metode percobaan (experimental method) yaitu metode pengajaran yang mendorong dan memberi kesempatan untuk melakukan percobaan sendiri. menurut Maryam, staf pengajar di Sekolah Alam Ciganjur, Jakarta Selatan, terdapat tiga tahapan yang dilakukan anak untuk memudahkan masuknya informasi, yaitu mendengar, menulis atau menggambar lalu melihat dan melakukan percobaan sendiri. Misalnya, anak belajar tentang tanaman pisang, pendidik tidak hanya menjelaskan tentang pisang tapi juga yang tapi juga mengajak anak ke kebun untuk mengeksplorasi tanaman pisang. Dengan belajar dari alam, anak dapat mengamati sesuatu secara konkret. Kegiatan ini dapat dilakukan mulai umur 4 sampai 12 tahun.
Kegiatan lain yang dapat melatih anak untuk belajar menemukan suatu konsep baru adalah dengan melakukan percobaan “Buah Sebagai Sumber Energi Listrik”, buah yang memiliki zat asam seperti tomat, asam, belimbing mampu menjadi media belajar materi sumber energi listrik. Media yang memanfaatkan buah-buahan dapat menarik perhatian dan antusias tinggi siswa untuk mempelajari sumber energi listrik pada bidang studi IPA.
Bahan untuk eksperimen adalah menggunakan buah yang mengandung zat asam sebagai sumber energi listrik, kawat tembaga dan potongan kecil aluminium yang dirangkai. Teknik yang divariasikan pada kegiatan belajar dengan memanfaatkan media buah sebagai sumber energi listrik yaitu sebagai berikut:
a. pemahaman materi awal siswa dikenalkan buah yang mengandung zat asam sebagai energi listrik.
b. anak mendiagnosa buah yang mengandung zat asam.
c. menyusun buah secara paralel selanjutnya pada buah ditancapkan potongan kecil aluminium dan diatas aluminium terlilit kawat tembaga dan pada ujung kawat tembaga terdapat kecil ini berfungsi untuk mendeteksi ada atau tidaknya energi yang dihasilkan oleh buah tomat jeruk dan asam ketika prosedur eksperimen dilaksanakan diperoleh hasil bahwa doa itu menyala anak.
d. anak mendiskusikan hasil eksperimen secara berkelompok 5 anak menyimpulkan hasil eksperimen bahwa buah yang mengandung zat asam mampu menjadi sumber energi listrik.

2. Pengertian motivasi berawal dari kata “motif” yang dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dari kata motif tersebutlah, maka motivasi diartikan sebagai daya penggerak. Pengertian motivasi sebagai perubahan energi yang ditandai dengan munculnya rasa tapi diawali dahulu dengan adanya tanggapan terhadap tujuan oleh McDonald mengandung tiga aspek penting, yaitu:
a. Motivasi adalah hal yang mengawali kegiatan perubahan energi pada seseorang, sehingga yang terlihat adalah yang menyangkut kegiatan fisik;
b. Kemunculan motivasi ditandai dengan adanya rasa;
c. Motivasi sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi yaitu tujuan. Sedangkan tujuan sendiri sangat menyangkut dengan soal kebutuhan.
Dalam konteks kegiatan pembelajaran di kelas, apabila Anda menemukan siswa yang tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Mungkin sebabnya karena sakit atau siswa tidak suka melakukannya, ada masalah di luar sekolah, dan sebagainya. Hal ini menandakan tidak terjadinya perubahan energi dari siswa Anda karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar sebagai guru perlu mencari tahu Apa sebabnya dan mencari cara untuk mendorong siswa agar mau melakukan pekerjaan tersebut. Dengan kata lain siswa itu perlu diberikan rangsangan agar tumbuh motivasi pada dirinya untuk belajar.
Selanjutnya tentang motivasi berkaitan pula dengan kebutuhan. Seseorang akan melakukan sesuatu karena didorong oleh adanya kebutuhan. Kebutuhan timbul karena ada keadaan yang tidak seimbang atau tidak serasi yang menuntut suatu kepuasan. Jika siswa sudah mendapatkan keseimbangan dan terpenuhi pemuasannya berarti tercapailah kebutuhan yang diinginkan. Apabila ada rasa tidak puas maka diperlukan motivasi yang tepat. Jika kebutuhan telah dipenuhi dan dipuaskan maka aktivitas akan berkurang dan sesuai dengan dinamika manusia, akan timbul kebutuhan baru. Teori tentang motivasi lahir dan berkembang dengan tingkatan tingkatannya. Dalam hal ini ada beberapa teori tentang motivasi yang selalu terkait ngan masalah kebutuhan yaitu (teori Abraham Maslow), yaitu:
a. Satu kebutuhan fisiologis seperti haus, lapar, kebutuhan untuk istirahat;
b. Kebutuhan akan keamanan, bebas dari rasa cemas, dan khawatir;
c. Kebutuhan akan cinta dan kasih, rasa diterima dalam suatu kelompok masyarakat;
d. Kebutuhan akan penghargaan seperti dihargai karena kemampuan, kebutuhan untuk diakui kenaikan status atau pangkat pada diri seseorang;
e. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam bidang pengetahuan, sosial, dan pembentukan pribadi.
Setiap tingkat kebutuhan yang tertinggi dapat terpenuhi jika kebutuhan yang dibawahnya sudah dapat terpenuhi pula. Apabila kita menginginkan siswa kita belajar dengan tekun, maka harus terpenuhi dahulu kebutuhan fisiologis nya, kebutuhan akan kenyamanan, kebutuhan untuk diakui, Dengan demikian, konsep motivasi dapat kita jemahkan sebagai sesuatu yang melatarbelakangi kegiatan yang dilakukan seseorang. Begitu pula dengan kegiatan belajar, sangat membutuhkan motivasi, agar kegiatan belajar pada diri siswa dapat bermanfaat dan berhasil. Sehubungan dengan hal tersebut ada beberapa fungsi motivasi yaitu sebagai berikut.
a. Motivasi sebagai motor penggerak dari setiap kegiatan yang akan dikerjakan;
b. Motivasi dapat memberikan arah dan kegiatan yang harus dikerjakan sesuai dengan rumusan tujuannya;
c. Motivasi dapat menjadi alat untuk menyeleksi perbuatan. Misalnya, siswa yang mempunyai keinginan mendapatkan nilai 100 saat ulangan akan memilih belajar dengan baik daripada menonton acara kesayangannya di TV;
d. Motivasi berfungsi sebagai pendorong untuk usaha mencapai prestasi. Dengan usaha yang tekun dan didasari oleh motivasi, akan membuat seseorang belajar dan melahirkan prestasi yang baik.
Berkaitan dengan jenis motivasi, ada beberapa sudut pandang yang membagi motivasi menjadi beberapa macam. Namun di sini kita hanya akan mengkaji motivasi intrinsik dan ekstrinsik saja.
a. Motivasi Intrinsik
Yang dimaksud dengan motivasi intrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsi yang tidak memerlukan rangsangan dari luar diri seseorang, karena biasanya dalam diri orang tersebut sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contohnya adalah seorang siswa yang melakukan kegiatan belajar karena ingin menambah ilmu, nilai, atau keterampilan.
b. Motivasi Ekstrinsik
Contoh dari motivasi ekstrinsik seperti misalnya seseorang akan belajar hingga keesokan harinya akan dapat mengerjakan soal dengan baik dan mendapat nilai 100, dengan harapan akan mendapatkan hadiah dari orang tuanya. Siswa tersebut belajar bukan untuk menambah ilmu, tetapi memiliki motif agar mendapat hadiah. Oleh karena itu motivasi ekstrinsik dapat dikatakan sebagai bentuk motivasi yang di dalam aktivitas belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan dorongan dari luar yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Sesungguhnya, motivasi ekstrinsik bukan berarti sesuatu hal yang tidak penting dan buruk Sebab dapat saja ada faktor-faktor dalam proses pembelajaran yang membuat siswa kurang tertarik, sehingga dibutuhkan motivasi ekstrinsik.
Dalam proses pembelajaran, motivasi intrinsik dan ekstrinsik mempunyai peranan dalam membuat siswa kita belajar. Oleh karena itu, kita sebagai guru perlu secara hati-hati memilih motivasi yang tepat bagi kegiatan belajar siswa karena dapat saja pemberian motivasi yang tidak tepat dapat mempengaruhi perkembangan belajar ke arah negatif. Di bawah ini akan diuraikan beberapa bentuk dan cara yang dapat menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah.
a. Memberi Nilai
Pemberian nilai dapat diwujudkan dengan simbol berupa angka, huruf, atau rangkaian kata. Angka yang baik atau rangkaian kata misalnya “BAIK” merupakan motivasi yang sangat kuat bagi siswa. Banyak siswa belajar dengan keras untuk mengejar mendapatkan nilai setinggi mungkin. Namun, kita sebagai guru harus memahami bahwa tidak semua pencapaian angka merupakan hasil belajar yang sesungguhnya. Oleh karena itu, guru harus mencari cara untuk mengaitkan angka yang diberikan untuk merespon hasil belajar siswa dengan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap pengetahuan yang diajarkan kepada para siswa.
b. Hadiah
Kadangkala pemberian hadiah dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk melakukan atau mengulang perilaku yang memperoleh hadiah tersebut. Misalnya siswa yang dapat melakukan tugas menggambar dengan baik, diberi hadiah oleh gurunya dengan harapan agar siswa tersebut dapat menggambar dengan baik bahkan lebih sempurna lagi. Namun kadang-kadang tidak selalu demikian. Jika siswa kurang menyenangi atau berminat dengan kegiatan menggambar biarpun diberi hadiah mungkin saja siswa tersebut tidak dapat menghasilkan gambar seperti yang diinginkan.
c. Saingan/kompetisi
Kompetisi yang terbuka dan sehat dapat menjadi alat pendorong bagi siswa untuk mencapai prestasi yang lebih baik. Persaingan yang dilakukan secara kelompok atau individual diantara siswa dapat memacu motivasi untuk berusaha mendapatkan prestasi yang lebih baik lagi. Pola persaingan sudah biasa digunakan dalam bidang industri, misalnya antara beberapa perusahaan yang sejenis (misalnya produk makanan siap saji). Mereka berlomba-lomba dari sisi pemasaran, mencari strategi agar produknya laku dan banyak dikonsumsi masyarakat. Selain itu, selalu dilakukan perubahan perubahan dengan inovasi pada aspek rasa atau kemasan. Semua itu dilakukan dalam rangka kompetisi yang sehat agar masyarakat percaya dan puas. Demikian pula dengan kompetisi yang dikembangkan di antara para siswa agar mereka menunjukkan perilaku terbaik mereka. Strategi guru untuk menciptakan kompetisi perlu dipikirkan secara matang misalnya melalui pembelajaran yang dikemas dalam perlombaan-perlombaan.
d. Ego Involvement
Menumbuhkan dan membangkitkan kesadaran dalam diri siswa untuk menerima tantangan karena hal tersebut dapat mempengaruhi harga diri siswa. Para siswa harus berusaha dan bekerja keras agar harga dirinya tetap terpelihara dengan cara misalnya menyelesaikan seluruh tugas belajar yang dibebankan kepada mereka. Guru dapat pula mengutarakan implikasi dari tidak diselesaikannya tugas belajar yang diberikan kepada siswa yang menyangkut simbol kebanggaan dan harga diri mereka.
e. Memberi Ulangan
Sudah menjadi kebiasaan apabila seorang guru mengumumkan akan adanya ulangan, maka siswa akan lebih fokus untuk belajar. Ulangan dapat dijadikan motivasi bagi siswa untuk meningkatkan volume ajarnya. Namun demikian, pemberian ulangan setiap hari dapat membuat siswa semakin tidak tertarik dengan kegiatan belajar karena dianggap hal rutin yang membosankan.
f. Mengetahui Hasil
Yang dimaksud mengetahui hasil adalah siswa diberitahu hasil dari tugas atau pekerjaan yang telah dilakukannya. Dengan diberi tahu hasilnya, siswa terpadu untuk meningkatkan lagi pekerjaannya atau mempertahankan apabila sudah baik. Hasil dapat berupa nilai atau kalimat pujian atau karya siswa yang dipajang.
g. Pujian
Pujian diberikan apabila siswa dapat menyelesaikan tugas yang sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Pujian merupakan bentuk pemberian penguatan sekaligus alat motivasi yang baik. Oleh karena itu, pemberian pujian harus dilakukan dengan tepat sehingga dapat tercipta suasana belajar yang menyenangkan mempertinggi semangat belajar, dan membangkitkan harga diri siswa.
h. Hukuman
Pemberian hukuman secara bijak dan tidak secara fisik dapat menjadi alat motivasi bagi siswa agar berbuat lebih baik. Untuk itu seyogyanya guru memahami dengan baik prinsip-prinsip pemberian hukuman.
i. Hasrat untuk Belajar
Hal ini merupakan bentuk motivasi intrinsik, yaitu motivasi dari diri siswa sendiri. Artinya, siswa memang sudah mempunyai minat dan keinginan untuk belajar sehingga sudah pasti hasilnya akan lebih baik daripada ada unsur pemaksaan dari pihak luar.
j. Minat
Untuk membangkitkan minat belajar, guru dapat membangkitkan adanya kebutuhan akan belajar, dimekarkan persoalan dari pengalaman yang lampau dan menghubungkannya dengan kegiatan belajar yang akan dilakukan siswa. Minat belajar juga dapat dibangkitkan dengan memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, serta menggunakan berbagai macam bentuk mengajar.
k. Tujuan yang Diakui
Tahapan aktivitas yang dilakukan guru seperti penyampaian tujuan secara jelas pada kegiatan pembuka kelas merupakan sesuatu yang dapat menjadi motivasi bagi siswa agar bersemangat untuk belajar. Misalnya, pada suatu waktu guru akan membahas masalah konsep air dalam lingkungan bersama siswa, di awal pembelajaran guru dapat menyampaikan dahulu tujuan siswa Mengapa mereka perlu belajar tentang air dalam lingkungan dan perlu dikemukakan pula target yang harus dicapai siswa di akhir pembelajaran tentang konsep air dan lingkungan. Dengan demikian siswa akan timbul semangat belajar karena merasa ilmu yang akan mereka pelajari bermanfaat.

3. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memberikan pelayanan anak berbakat di sekolah dasar.
a. Identifikasi anak berbakat
Menurut Kirk (1986) untuk mengetahui keberadaan anak berbakat, dapat dilihat dari beberapa hal berikut.
1) Kelancaran (kemampuan menjawab pertanyaan)
2) Kelenturan (kemampuan untuk memberikan berbagai macam jawaban atau beralih dari satu macam respon ke respon lain)
3) Kemurniaan (kemampuan memberikan respons yang unik dan layak)
b. Layanan anak berbakat
Dalam memberikan layanan terhadap anak berbakat di sekolah dasar perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.
Ciri khas layanan yang sesuai dengan kebutuhan anak berbakat.
Anak berbakat akan dapat mewujudkan potensi yang dimiliki apabila mendapat layanan dan bimbingan yang baik sesuai dengan kebutuhan anak, ada dua macam layanan sebagai pilihan dalam memberikan layanan kepada anak berbakat meliputi:
1) Adaptasi lingkungan
Gallagher, dan kawan-kawan (1983) menyatakan bahwa 6 hal yang dapat dilakukan.
a) Kelas pengayaan
Anak kelas 3 yang kemampuan matematika di atas rata-rata dapat mengikuti pelajaran matematika di kelas yang lebih tinggi.
b) Guru konsultan
Anak ditempatkan di kelas biasa, sekali-sekali didatangkan guru konsultan untuk membantu guru kelas dalam menangani anak berbakat.
c) Ruangan sumber belajar
Anak berbakat belajar di kelas biasa dan mengunjungi ruang Sumber kira-kira 1 sampai 2 jam sehari untuk mempelajari pelajaran khusus yang menjadi keunggulan nya dengan guru yang sudah dilatih secara khusus.
d) Studi mandiri
Siswa memilih proyek-proyek dan mengerjakannya di bawah pengawasan seorang guru yang berwenang.
e) Kelas khusus
Anak berbakat tetap berada dalam lingkungan sekolah biasa, mereka ditempatkan dalam suatu ruangan khusus dengan menggunakan kurikulum khusus yang telah dimodifikasi. Dalam waktu istirahat, upacara atau pada pelajaran lain anak tersebut masih dapat bersama dengan anak lain yang normal.

4. Kompetensi adalah tindakan cerdas dan bertanggung jawab yang ditunjukkan oleh seseorang sebagai bukti bahwa ia memang kompeten dalam bidang tersebut. Tindakan cerdas dan bertanggung jawab tersebut hanya dapat ditunjukkan oleh seseorang jika ia memiliki ilmu atau pengetahuan yang mantap, keterampilan yang memadai serta sikap yang memungkinkan dia menunjukkan tindakan tersebut secara cerdas.
Kompetensi guru SD terdapat dalam dua dokumen resmi. Pertama, dalam dokumen standar kompetensi guru kelas SD MI lulusan S1 PGSD (SKGK-SD/MI) yang diterbitkan oleh Dirjen Dikti pada tahun 2006 dan kedua, dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru.
Kompetensi guru SD/MI
a. Memahami karakteristik anak usia SD/MI dalam penggalan kelompok usia tertentu kelas awal dan kelas lanjut
b. Memahami karakteristik anak usia SD yang membutuhkan penanganan secara khusus
c. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat untuk menetapkan kebutuhan belajar anak usia SD/MI dalam konteks kebhinekaan budaya.
d. Memahami cara belajar dan kesulitan belajar anak usia SD/MI dalam penggalan kelompok sosial tertentu kelas awal dan kelas lanjut.
e. Mampu mengembangkan potensi peserta didik anak usia SD/MI.
f. Menguasai substansi dan metodologi dasar keilmuan bahasa Indonesia yang mendukung pembelajaran bahasa Indonesia di SD/MI.
g. Menguasai substansi dan metodologi dasar keilmuan matematika yang mendukung pembelajaran Matematika di SD/MI.
h. Menguasai substansi dan metodologi dasar keilmuan ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mendukung pembelajaran IPA
i. Menguasai substansi dan menduduki dasar keilmuan ilmu pengetahuan sosial (IPS) yang mendukung pembelajaran IPS di SD
j. Menguasai substansi dan metodologi dasar keilmuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang mendukung pembelajaran PKn di SD/MI
k. Menguasai materi ajar lima mata pelajaran (bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, dan PKn) dalam kurikulum SD
l. Mampu melakukan kegiatan untuk mengembangkan substansi dan metodologi dasar keilmuan lima mata pelajaran SD
m. Menguasai dasar-dasar materi kegiatan ekstrakurikuler yang mendukung tercapainya tujuan untuk pendidikan peserta didik SD.
n. Menguasai prinsip-prinsip dasar pembelajaran yang mendidik.

5. Prinsip-prinsip dasar dalam mengembangkan kurikulum:
a. Relevansi
b. Prinsip efektivitas
c. Prinsip efisiensi
d. Prinsip fleksibilitas
e. Prinsip berkesinambungan
Standar kompetensi lulusan dan karakteristik mata pelajaran di SD
a. Menjalankan ajaran agama yang dianut sesuai dengan tahap perkembangan anak.
b. Mengenal kekurangan dan kelebihan diri sendiri.
c. Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam lingkungannya.
d. Menghargai keberagaman agama, budaya, suku, ras, dan golongan sosial ekonomi di lingkungan sekitarnya
e. Menggunakan informasi tentang lingkungan sekitar secara logis, kritis, dan kreatif
f. Menunjukkan kemampuan berpikir logis, kritis, dan kreatif, dengan bimbingan guru
g. Menunjukkan rasa keingintahuan yang tinggi dan menyadari potensinya.
h. Menunjukkan kemampuan memecahkan masalah sederhana dalam kehidupan sehari-hari
i. Menunjukkan kemampuan mengenali gejala alam dan sosial di lingkungan sekitar.
j. Menunjukkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan.
Prinsip pengembangan kurikulum:
a. Berpusat pada potensi perkembangan kebutuhan dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya.
b. Beragam dan terpadu. Kurikulum yang dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang, jenis pendidikan, serta menghargai dan tanpa membedakan agama, suku budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi dan gender. Selain itu kurikulum yang dikembangkan menunjukkan keterpaduan antara substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal dan pengembangan diri serta keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antara substansi.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni sehingga kurikulum memberikan pengalaman belajar yang mendorong peserta didik untuk mengikuti manfaatkan secara tepat ilmu pengetahuan teknologi dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
e. Menyeluruh baik dalam hal dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan, dan atau pelajaran yang direncanakan serta berkesinambungan antara semua jenjang pendidikan.
f. Belajar sepanjang hayat, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah.